Kamis, 10 Agustus 2017

Kenali Anemia Hemolitik

Anemia Hemolitik - Merupakan kondisi dimana hancurnya sel darah lebih cepat dibandingkan pembentukannya. Terjadinya anemia hemolitik dapat dipicu oleh faktor dari dalam sel darah merah maupun faktor dari luar sel darah merah.



Anemia hemolitik ekstrinsik merupakan anemia hemolitik yang disebabkan oleh respons sistem imun yang merangsang limpa untuk menghancurkan sel darah merah. Sedangkan anemia hemolitik intrinsik merupakan anemia hemolitik yang disebabkan oleh sel darah merah yang tidak normal. Kondisi tersebut menyebabkan sel darah merah tidak memiliki masa hidup seperti sel normal. Anemia hemolitik intrinsik umumnya diturunkan secara genetik seperti anemia sel sabit atau thalassemia.

Anemia hemolitik baik yang ekstrinsik maupun intrinsik dapat muncul dalam jangka waktu pendek maupun muncul sebagai penyakit kronis. Anemia hemolitik tomporer dapat diobati dan hilang setelah beberapa bulan., sedangkan anemia hemolitik kronis dapat diderita seumur hidup dan menyebabkan terjadinya kekambuhan setelah periode waktu tertentu.

Penyebab Anemia Hemolitik

Beberapa kondisi yang dapat mengakibatkan terjadinya anemia hemolitik intrinsik adalah :

  • Talassemia
  • Anemia sel sabit
  • Defiensi enzim piruvat kinase
  • Definsiensi enzim glukosa -6 fosfat dehidrogenase
Sedangkan beberapa kondisi yang dapat mengakibatkan terjadinya anemia hemolitik ekstrinsik adalah:
  • Pembesaran limpa.
  • Infeksi virus Epstein-Barr dan Hepatitis.
  • Infeksi bakteri Coli, Salmonella typhi, dan Streptococcus sp.
  • Leukemia.
  • Limfoma.
  • Tumor.
  • Lupus.
  • Sindrom Wiskott-Aldrich.
  • Sindrom HELLP.
Anemia hemolitik ekstrinsik juga dapat terjadi akibat efek samping konsumsi obat-obatan tertentu, seperti:
  • Paracetamol.
  • Antibiotik, terutama penisilin, ampisilin, dan metisilin.
  • Chlorpromazine.
  • Ibuprofen.
  • Interferon.
  • Procainamide.
  • Quinine (kina).
  • Rifampin.
Salah satu penyebab utama anemia hemolitik berat adlah kesalahan transfusi darah dimana golongan darah pedonor dan penerima tidak cocok. kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan sel darah merah secara luas di dalam tubuh. 

Ada juga yang dinamakan dengan anemia hemolitik mikroangiopatik, yaitu kondisi pada saat sel darah merah terfragmentasi. Beberapa penyakit yang dapat menimbulkan kondisi tersebut, diantaranya sebagai berikut :
  • Gangguan katup jantung buatan.
  • Sindrom hemolitik uremia (SHU).
  • Thrombotic thrombocytopenic purpura (TTP).
  • Disseminated Intravascular Coagulation (DIC).
Sedangkan pada bayi yang baru lahir, terdapat suatu kondisi anemia hemolitik yang dinamakan eritroblastosis fetalis. Kondisi ini terjadi akibat ketidakcocokan golongan darah rhesus antara ibu hamil dengan janin. Jika seorang ibu hamil memiliki golongan darah rhesus negatif dan ayah janin bergolongan rhesus positif, terdapat kemungkinan janin di dalam kandungan memiliki rhesus positif. Keadaan tersebut akan menyebabkan sel darah merah janin diserang oleh antibodi dari tubuh ibu.

Penyakit anemia hemolitik cukup berbahaya bagi bayi dikarenakan komplikasi dari anemia tersebut. Saat ini, pengobatan untuk bayi yang mengalami eritroblastosis fetalis adalah dengan pemberian imunoglobulin intravena (IVIG) atau transfusi darah. Dokter juga dapat mencegah munculnya eritroblastosis fetalis pada ibu hamil yang terdiagnosa kondisi tersebut dengan memberikan injeksi RhoGAM pada usia kehamilan 28 minggu. 

Gejala Anemia Hemolitik

Gejala Anemia Hemolitik hampir mirip dengan anemia jenis lain, untuk membedakannya perlu dilakukan diagnosis lebih lanjut dan berikut beberapa gejala anemia hemolitik yang sering muncul adalah :
  • Pusing.
  • Kulit pucat.
  • Kelelahan.
  • Demam.
  • Kepala terasa berat dan berkunang-kunang.
  • Letih dan tidak dapat melakukan aktivitas fisik berat.
Sedangkan gejala lainnya yang mungkin juga dapat muncul pada penderita anemia hemolitik adalah sebagai berikut :
  • Jantung terasa berdesir.
  • Denyut jantung meningkat.
  • Pembesaran limpa dan hati.
  • Urine yang berubah jadi gelap.
  • Kulit dan putih mata menguning.
Pengobatan Anemia Hemolitik

Pengobatan hemolitik akan bergantung pada tingkat keparahan anemia, kondisi kesehatan pasien secara umum dan toleransi pasien terhadap obat obatan tertentu dan metode pengobatan anemia hemolitik antara lain adalah :
  • Transfusi darah. Transfusi darah bertujuan untuk meningkatkan jumlah sel darah merah pasien dan mengganti sel darah yang rusak secara cepat.
  • Imunoglobulin intravena (IVIG). Kekurangan sel darah merah dapat menyebabkan pasien lebih rentan terkena infeksi.
  • Kortikosteroid. Pada pasien anemia hemolitik ekstrinsik yang disebabkan oleh penyakit autoimun, kortikosteroid berfungsi untuk menekan respons sistem imun agar sel darah merah tidak dihancurkan dengan mudah.
  • Operasi pengangkatan limpa. Limpa merupakan organ yang befungsi menghancurkan sel darah merah.
Bagi penderita anemia hemolitik yang sudah didiagnosis oleh dokter perlu diperhatikan hal hal berikut ini agar dapat menjalani aktivitas normal, diantaranya sebagai berikut :
  • Rutin menggosok gigi
  • Rutin mencuci tangan
  • Menghindari makanan makanan mentah
  • Menjalani vaksinasi flu tiap tahun secara rutin
  • Menghindari kerumunan orang yang banyak untuk menurunkan risiko infeksi
  • Menghindari kontak langsung dengan orang sakit terutama penyakit infeksi
Komplikasi Anemia Hemolitik

Beberapa komplikasi yang dapat muncul pada penderita anemia hemolitik adalah  :
  • Sakit jantung
  • Gagal jantung
  • Tingkat keparahan anemia pada pasien hemolisis intravaskular, kekurangan zat besi akibat hemoglobinuria kronis memperparah anemia yang sudah muncul. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar